Beginilah ceritanya, zaman itu ada seorang kaya raya yang hidup di sebuah desa dengan begitu banyak manusianya, sehingga desa tersebut seperti sebuah Kota Raja. Kekayaan orang ini tidak ada yang dapat menandinginya, dia memiliki berbagai macam usaha, memiliki banyak perak, memiliki banyak emas, punya banyak mutiara dan bahkan intan berlian, sehingga dia dijuluki seorang Saudagar, kekayaan dan nama besar yang dia miliki dikenal diseluruh negeri, sampai raja merekapun mengakui akan hal itu.
Saudagar itu sangat dermawan, suka membantu orang-orang yang membutuhkan, dia memiliki seorang istri yang sangat cantik seperti seorang bidadari, dan dari perkawinan mereka dikaruniai tujuh orang putera, ketujuh putera itu sangat tampan dan cerdas, berhati mulia juga sangat dermawan, tidak ada kesombongan serta keangkuhan, mereka bergaul dengan orang lain seperti apa adanya, sehingga semua orang sangat menghormati dan mencintai keluarga ini. Tujuh putra ini memiliki seorang kakek yang sudah renta, mereka sangat menyayangi kakeknya. Setiap hari kakek yang sudah renta dimandikan, diganti pakaiannya, disuapi makanan, semua keperluan kakeknya dipenuhi. Pekerjaan mengurusi kakek yang sudah renta ini dilakukan secara bergiliran setiap harinya. Kebahagian, canda dan tawa selalu menghiasi rumah keluarga ini, tidak ada kekurangan apapun, dari makanan, pakaian, harta benda, perhiasan, ternak, tanah, kebun dan sebagainya.
Suatu hari sang Saudagar mengumpulkan ketujuh puteranya dalam satu ruangan khusus, tujuh putera saling berpandangan dan merasa heran, karena tidak biasanya ayah mereka seperti ini, mengumplkan mereka dalam satu ruangan khusus yang tidak semua orang dapat masuk.
Sang ayah menyuruh putera-puteranya membawa kakek yang sudah renta ke suatu tempat yang jauh tertpencil didalam hutan rimba belantara menggunakan tandu indah yang dihiasi emas, intan dan permata yang sudah dia persiapkan. Walau sangat sedih dan merasa sangat heran, ketujuh putera tersebut melakukan apa yang diperintah ayahnya. Setelah sampai ditempat yang sudah disepakati, mereka tinggalkan kakek yang sudah renta sembari menangis dan memeluk kakek tersebut dengan penuh kasih.
Ayah yang sejak tadi menunggu kepulangan anak – anaknya sangat heran melihat tandu indah yang dipakai untuk membuang kakek mereka bawa pulang kembali ke rumah. Sang Saudagar melihat kegalauan dan kesedihan di raut wajah semua puteranya, timbul berbagai macam pertanyaan di dalam hatinya, untuk apa puteraku membawa pulang tandu yang memang dikhususkan untuk kakek. Setelah mereka selesai tanya jawab, ternyata tandu tersebut akan mereka gunakan untuk membuang ayahnya setelah tua nanti, sama seperti ayahnya menyuruh mereka membuang kakek.
Sang ayah tersentak kaget, gemetar dan sangat ketakutan. Dia perintahkan puteranya membawa kakek pulang kembali ke rumah,mengurusnya dengan baik, memenuhi semua kebutuhannya seperti sedia kala. “Bawa kembali kakek pulang, karena kakek adalah harta karun kita yang tidak ternilai harganya, melebihi semua harta yang kita miliki saat ini. Ketujuh saudara sangat senang, bahagia dan terharu, mereka bawa kembali kakek pulang ke rumah. *JONSEN RUPINUS
Hits: 166
Recent Comments