Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa berkebun itu hobi atau hanya sekedar hiburan untuk mencari keringat. Tak banyak yang tahu ternyata berkebun juga bisa mengantar orang untuk sukses.
Inilah yang terjadi dengan lelaki asal Seponti, Kabupaten Kayong Utara yang saat ini tinggal menetap di kampung sang istri di Kuala Randau. Sejak menikah, lelaki yang bernama Suryadi (31) ini memutuskan untuk fokus menggarap lahan yang dimiliki untuk dijadikan kebun sayur. Baginya, berkebun adalah sebuah pekerjaan yang menjanjikan di daerahnya dan bisa di geluti dengan harapan mampu mendatangkan banyak keuntungan.
“Saya berkebun bukan hanya sekedar hobi, namun lebih dari itu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya, sekaligus untuk menunjukkan kepada masyarakat di lingkungan ini bahwa tidak hanya dengan membuka toko sembako, kerja PETI, atau kerja illegal logging yang dapat mendatangkan uang, namun dengan pekerjaan yang dianggap sepele oleh kebanyakan orang disini seperti berkebun ini juga dapat menghasilkan uang,” kata Suryadi saat ditemui di kebun sayurnya.
Saat ini lelaki yang akrab di sapa Nanang ini sedang fokus mengelola kebun cabe. Selain menanam di pekarangan rumah, ia juga memiliki hamparan kebun cabe yang berlokasi di daerah Nek Ruman, Desa Kuala Randau, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, berjarak tidak jauh sekitar 5 menit berjalan kaki dari kediamannya.
Kebun cabe yang ia tanam diatas lahan seluas 1/2 hektar ini saat ditemui sedang dalam masa produktif. “Saat ini hasil panen cabe bisa mencapai 80 kilogram dalam satu kali panen,” jelas Nanang.
Sambil melihat kebunnya, ia menceritakan bagaimana ketika pertama kali datang ke Kuala Randau dan melihat ada peluang yang bisa dilakukan dengan berkebun sayur.
“Pertama kali saya kesini pada April 2019 lalu, saya melihat ada peluang dan mulai melakukannya dengan membuka lahan kebun. Saat itu modal hanya 300 ribu saja. Kemudian saya berpikir untuk menambah kebun yang lebih besar. Karena saya anggota CU Semandang Jaya (CUSJ), maka saya mencoba mengajukan pinjaman di CUSJ untuk menambah modal sebesar Rp. 3 juta. Bak gayung bersambut, CUSJ pun memberi kepercayaan kepada saya untuk membangun usaha ini. Lahan kebun diperluas lagi, varian tanaman juga mulai ditambah. Bukan hanya cabe, juga ada terong, gambas, dan mentimun,” ungkap suami Telinsiana ini.
Nanang menyadari peluang usaha berkebun sayur di daerah Simpang Hulu sangat besar mengingat tak banyak orang yang mau melakukannya. Pola berkebun masyarakat kebanyakan menyatu dengan siklus perladangan, menanam sayur bersamaan dengan menanam padi. Sehingga ketersediaan sayur mayur sangat terbatas dan hanya ada setahun sekali. Jika pun ada maka hanya sedikit saja dan lebih banyak datang dari luar daerah. Inilah yang kemudian mendorongnya untuk menekuni usaha ini. Memang tidak mudah untuk memulai hal baru, tetapi dengan usaha dan kerja keras maka tidak ada proses yang menghianati hasil.
“Ketika awal-awal pengembangan kebun ini, banyak sekali tantangan yang saya hadapi misalnya untuk kebutuhan pupuk. Karena saya lebih cenderung pada pupuk organik, saya sampai ke Seponti hanya untuk mengambil pupuk kandang,” papar putra kelima dari lima bersaudara ini.
Berkat kerja keras dan keuletannya, sekarang kebun sayurnya mampu meraup keuntungan yang cukup besar. “Dari kebun cabe saja, setiap bulan panen dilakukan setiap 5 hari sekali atau 6 kali selama 1 bulan. Sekali panen hasilnya bisa mencapai 80 kg atau 480 kg selama 1 bulan. Jika harga jual terendah adalah 30 ribu per kilogram, maka keuntungan yang bisa diperoleh dalam waktu sebulan yakni sebesar 14 ,4 juta. Dan itu belum menghitung dari penghasilan jenis sayur yang lain,” terang ayah satu anak ini.
Nanang mengaku setiap hasil kebunnya selalu habis terjual, bahkan kurang. Soal peluang pasar, ia menilai kebutuhan akan pasokan sayur untuk daerah Kecamatan Simpang Hulu saja sangat tinggi. Selama ini pasokan sayur masih bergantung dari kota Pontianak, padahal masyarakat di daerah ini rata-rata memiliki hamparan lahan kosong yang masih sangat luas. Tentu ini adalah peluang mengingat kebutuhan akan sayur semakin hari semakin tinggi. Karena itu, ia berharap banyak orang yang mau menekuni usaha ini.
Baginya tidak ada alas an lagi karena keterbatasan modal. CUSJ bisa menjadi jembatan siapa pun yang memiliki niat untuk berkembang, dan terbukti dengan apa yang dia alami saat ini.
“Saya berterima kasih kepada CUSJ yang sudah membantu saya. Berkat CUSJ saya memiliki usaha produktif yang menghasilkan bagi keluarga saya. Semoga apa yang saya lakukan bisa menginspirasi banyak orang,” harap Nanang.
Pengalaman Nanang ini memang patut dijadikan contoh. Berkebun sayur apabila ditekuni pasti akan menghasilkan. Peluang jika dikerjakan pasti akan memperoleh keberhasilan, sebaliknya jika tidak dikerjakan maka dia akan berlalu begitu saja. * JONSEN RUFINUS
Hits: 628
Recent Comments