
Kisah Inspiratif Aloysius Jalis, Anggota CU Semandang Jaya dari Dusun Tanjung Bunut
Dusun Tanjung Bunut, Desa Sungai Bengaras, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang, kini punya satu sosok yang sering disebut warga sebagai contoh nyata kerja keras dan perubahan hidup: Aloysius Jalis, atau akrab disapa Pak Usu. Di usia 45 tahun, ia dikenal sebagai wiraswasta yang cukup sukses di kampungnya. Ia mengelola sebuah toko yang ramai, memiliki rumah walet, 6 hektar kebun sawit, dan dua unit mobil yang menunjang aktivitasnya. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dulu perjalanan hidup Pak Usu tidak semulus sekarang.
Sebelum mengenal KSP CU Semandang Jaya, keseharian Pak Usu diisi dengan bekerja sebagai petani dan Bertukang. Pagi hari ia pergi ke kebun, siang hingga sore ia sering menerima pekerjaan serabutan sebagai tukang bangunan atau tukang kayu.
“Dulu itu yang penting bisa makan sekeluarga saja sudah bersyukur,” kenangnya suatu sore di teras tokonya. Penghasilan yang tidak menentu sering membuatnya harus berhemat. Untuk menabung rasanya seperti mimpi, apalagi memikirkan punya usaha besar sendiri. Dalam kondisi itulah, ia kemudian dipertemukan dengan CU Semandang Jaya melalui seorang staf, Petrus Mongan, yang merupakan staf CU Semandang Jaya yang pertama kali datang ke kampung nya untuk melakukan Pendidikan dasar kepada masyarakat.
Pertemuan dengan CU Semandang Jaya pada tahun 2013, menjadi titik balik dalam hidup Pak Usu. Awalnya ia ragu, karena yang ada di pikirannya, “Jangan-jangan ini sama saja seperti tempat pinjam uang biasa”. Namun setelah diajak Mongan mengikuti pendidikan dasar anggota, pelan-pelan pandangannya berubah. Di sana ia mendapat penjelasan bahwa Credit Union bukan sekadar tempat meminjam uang, tetapi komunitas ekonomi yang berlandaskan nilai kebersamaan, kejujuran, dan kemandirian. Dari diklat itulah, ia mulai memahami pentingnya menabung secara teratur, membuat rencana keuangan keluarga, dan menggunakan pinjaman secara produktif — bukan konsumtif.
“Yang paling saya ingat waktu itu, kami diajari: kalau mau maju, mulai dari disiplin menabung dan mengelola pengeluaran. Itu menempel sekali di kepala saya,” ujar Pak Usu.
Langkah pertama Pak Usu adalah sederhana: membuka simpanan dan menabung rutin, berapa pun yang ia mampu. Kadang Rp30.000, kadang Rp50.000, yang penting konsisten. Setelah beberapa waktu, dengan rekam jejak simpanan yang baik dan sudah mengikuti pendidikan anggota, ia memberanikan diri mengajukan pinjaman pertama. Bukan pinjaman besar, tapi cukup untuk Menambah peralatan kerja sebagai tukang dan Mengisi sedikit stok barang kebutuhan pokok untuk dijual kecil-kecilan di rumah
Dari sana, roda usahanya mulai berputar. Pekerjaan sebagai tukang tetap ia jalani, tetapi pelan-pelan ia belajar berdagang: mencatat keluar-masuk barang, mengatur harga, dan melayani tetangga yang berbelanja.
Pinjaman berikutnya ia gunakan dengan lebih terarah, setelah berdiskusi dengan pihak CU,Mengembangkan usaha toko menjadi lebih lengkap, Membeli dan menanam sawit sedikit demi sedikit, hingga akhirnya mencapai 6 hektar, Memulai usaha rumah walet yang kini menjadi salah satu sumber penghasilan tambahan yang penting
Semua itu dijalani dengan satu prinsip: pinjam untuk usaha, bayar tepat waktu, dan tetap menabung.
Hari ini, toko milik Pak Usu menjadi salah satu toko yang cukup besar di Dusun Tanjung Bunut. Berbagai kebutuhan harian warga bisa didapatkan di sana. Tanggung jawabnya juga bertambah, sebab usaha yang berkembang berarti Membuka lapangan kerja bagi beberapa orang di kampung, Menjadi tempat tetangga berutang keperluan kecil dengan sistem yang tertib dan manusiawi, Menjadi contoh bahwa orang desa pun bisa maju jika disiplin dan tekun
Dari hasil kerja keras dan pengelolaan keuangan yang lebih baik, Pak Usu bersama keluarganya kini juga memiliki beberapa rumah walet, 6 hektar kebun sawit, serta dua unit mobil yang mendukung usaha dan kebutuhan keluarga.
Saat ditanya apa arti CU Semandang Jaya dalam perjalanan hidupnya, Pak Usu tersenyum lebar.
“Bagi saya, CU itu bukan sekadar tempat pinjam uang. CU itu seperti sekolah keuangan. Di sana saya belajar menabung, belajar menghitung risiko, belajar menahan keinginan supaya tidak boros,” ungkapnya.
Ia juga kerap mengingatkan keluarga dan teman-temannya yang baru mau bergabung:
“Jangan masuk CU kalau niatnya cuma mau ngutang. Masuk CU itu harus siap menabung, siap ikut pendidikan, dan siap berubah pelan-pelan.”
Kini, ketika ada pendidikan anggota di daerahnya, nama Pak Usu sering disebut sebagai contoh nyata anggota yang bertumbuh bersama CU. Ia bukan hanya penerima manfaat, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi anggota lain dan generasi muda di kampungnya.
Di akhir perbincangan, Pak Usu menitipkan pesan sederhana bagi para anggota CU Semandang Jaya lainnya:
- Mulailah dari yang kecil – menabung tidak harus besar, yang penting rutin.
- Gunakan pinjaman untuk hal produktif – utamakan usaha, bukan gaya hidup.
- Ikut pendidikan yang disediakan CU – karena di sanalah cara berpikir kita dibentuk.
- Jangan cepat menyerah – usaha tidak selalu langsung berhasil; perlu waktu, sabar, dan kerja keras.
Kisah Aloysius Jalis, Pak Usu dari Dusun Tanjung Bunut, menjadi pengingat bagi kita bahwa perubahan hidup bukan datang tiba-tiba, melainkan lahir dari keberanian mengambil langkah kecil, disiplin, dan kemauan untuk belajar. Di tengah tantangan hidup di desa, ia membuktikan bahwa bersama CU Semandang Jaya, anggota bisa bertumbuh, mandiri, dan menjadi berkat bagi banyak orang di sekitarnya.
Wijoyo Van Gapa
Views: 14
